~~ air mata akan menghantui mu ~~
selamat membaca ^^
-- Lovely one --
Tolong aku...ku mohon...tolonglah aku...aku kesepian...kumohon...kesen
***
Mentari, bersinar menerangi muka bumi, beberapa cahaya nampak membias menembus kaca kamarku. Menerpa wajahku yang kian lama membuka mataku. Silau sekali, tidak seperti biasanya, mataku sedikit berat kubuka, perlahan namun pasti mata ini terbuka, semakin lebar, dan lebar. Meskipun sedikit sayu, aku mencoba untuk bangkit dari tempat tidurku.
"Mimpi apa aku semalam ? Rasanya aneh sekali..." aku segera terduduk dipojokan tempat tidurku sembari mengusap- usap kedua mataku.
Aku lalu beranjak dari tempat tidur ku. Berjalan pelan menuju kamar mandi.
Aku melihat ke arah cermin persegi panjang yang menggantung di dekat bak berbentuk persegi. Memang tidak terlalu besar, namun cukuplah untukku sendiri.
"Hmm...mataku sedikit lebam, mungkin gara- gara semalam." Dengan segera aku basuh wajahku dengan air di dalam bak mandi ku. Menyegarkan sekali. Entah kenapa airnya begitu menyegarkan.
Setelah ku basuh wajahku dan membersihkan 'kotoran' di dalam mataku, aku segera beranjak menuju dapur.
"...sepi sekali. Maaa Paaa !" Aku berteriak memanggil mama dan papaku, seharusnya mereka berada di dapur dan makan bersama. Apa aku bangun terlalu siang ?
Kulihat jam dinding di dekat sebuah poster yang -entahlah- aku tidak ingat ada poster menggantung disana. Poster berwarna hitam putih, berbentuk persegi dengan bingkai kayu yang terukir rapih. Rasa penasaran tiba- tiba mendorongku untuk melihat siapakah 'seseorang' didalam poster itu.
Sesaat ku perhatikan, aku sangat familiar dengan orang ini, janggutnya yang sedikit terbelah, rambut panjang sedikit acak- acakan dan tatapan mata nya. Hmm, sangat familiar, tapi, siapa ?
Belum sempat ku temukan siapa orang di dalam poster ini, tiba- tiba dua anak kecil berlari- lari sembari tersenyum dengan indah, gelak tawa 'khas' kekanakan mereka membuat ku tersenyum. Ku gantungkan kembali poster itu, lalu ku hampiri mereka, belum sempat aku menyapa kedua anak itu, tiba- tiba seseorang muncul dari pintu masuk rumahku, ahh...mamah dan papah. Sesaat aku tersenyum, namun, seketika juga senyumku hilang, lenyap, bagaikan cahaya mentari kini telah hilang tertutup awan mendung, dan hujan lebat datang bersama badai. Air mata tidak sanggup ku bendung, ini semua, salah ku.
"Seharusnya aku tidak pergi malam itu ..."
Papah...mamah...wajah mereka kusut, mata mamah nampak lebam, sepertinya mamah melewati malam yang panjang karena ku. Pakaian hitam yang mereka kenakan, nampak begitu indah, dan sebuah foto terbingkai dengan wajah yang sama di dinding itu, tengah mamah dekap dengan erat, sembari terkadang isak tangis terdengar lirih beliau tahan.
Aku tahu, mungkin, ini adalah salahku, menyelesaikan masalahku dengan mereka, tapi dengan cara yang 'tidak baik', dan kini, aku menyesalinya, tangan hampa ini, tangis semu ini, tidak akan berarti lagi, ketika mereka mendekapmu hanya dalam angan- angan semu mereka. Posted in : Story
0 komentar: