Story: The Bloody Snow

Posted by : Unknown
0 komentar
Kamis, 19 Februari 2015

Arisa(Kiri) AkaRhy(Tengah) vs Eyeless Jack(Kanan)

Story Maker: TataFarra
Illustrator: Rhintan Prameswari

24 Desember 2014
Di malam natal ini, SALJU yang turun dengan lebat membuat udara di sekitar menjadi dingin. Terlihat seorang gadis berambut merah sedang berjalan sendirian sambil membawa barang belanjaannya ke sebuah gang yang sepi dan gelap. Rambut pendeknya bersinar memantulkan cahaya bulan dan melambai tertiup angin yang berhembus pelan. Tanpa disadarinya, tampak sepasang mata yang sedang mengikutinya dari balik kegelapan malam.

"Hmm, ibu pasti sudah menunggu di rumah.. aku harus bergegas."
.
.
.
"Tapi, kenapa aku merasa ada yang memperhatikanku?"

Gadis itu menoleh kebelakangnya hanya untuk menemukan cahaya bulan yang BERPENDAR di kegelapan malam.

"Ehhh, kurasa itu hanya perasaanku saja.."

Gadis itu kembali bergegas pulang, memikirkan keluarganya yang menunggunya di rumah. Akan tetapi, perasaan was-was tersebut kembali muncul di dalam benaknya. Gadis itu kembali menoleh ke belakang, tetapi kali ini dia melihat sekelebat bayangan hitam di ujung gang tersebut.
Gadis tersebut mulai berlari, keringat dingin membasahi tubuhnya. Dia sadar, secepat apapun dia berlari dia tetap tidak akan bisa kabur dari sosok tersebut.

Sosok tersebut mengejarnya dengan sangat cepat. Gadis itu berlari terlalu cepat sehingga dia tersandung dan terjatuh.

"Aduh!"

Gadis itu menoleh ke belakang untuk melihat seberapa jauh sosok tersebut darinya, namun dia tidak melihat apa-apa. Gadis itu mulai menenangkan dirinya dan mengatur nafasnya. Tanpa dia sadari, sosok tersebut sudah berada di depannya. Gadis itu terdiam. Ketakutan menguasainya. Mulutnya yang beku sudah tidak dapat berkata-kata lagi.
Bulan purnama yang bersinar terang menyinari sosok tersebut. Samar-samar, terlihat seorang pria dewasa berjaket merah yang membawa sebuah pisau yang berlumuran darah. Pria tersebut menyeringai dan tertawa kecil. Gadis itu mencoba untuk berdiri dan berlari ke arah sebaliknya, namun pria itu tetap mengikutinya dengan langkah yang berat.

"Wah, wah.. Apa yang kutemukan di sini? Kau mau kemana, kelinci kecil?"

Gadis itu tetap berlari, namun pria itu mengejarnya dan menarik bajunya.

"KYAAAAA...!! TOLONG!!"

Gadis itu memberontak, berusaha melepaskan diri.

"HAHA, PERCUMA SAJA BERTERIAK, BODOH! TIDAK AKAN ADA ORANG YANG DAPAT MENDENGAR SUARA KECILMU DI TEMPAT SEPERTI INI!"

Pria itu mengangkat pisaunya, bersiap-siap untuk membunuh gadis itu.

"Huh? Siapa bilang tidak ada yang bisa mendengar suaranya?" terdengar sebuah suara misterius yang tiba-tiba muncul.

"HAH? SIAPA KAU!?"

Pria tersebut menengok kebelakang dan melihat sosok yang keluar dari bayangan gelap. Kini, tampak sesosok gadis berambut merah panjang dengan ikatan di bagian bawahnya. Matanya yang merah, semerah darah, menatap tajam ke arah pria itu. Pria itu mulai bergidik ngeri.

"K-KAU..? SIAPA KAU!?" Ucap pria tersebut, panik.

"Pengecut sekali, menyerang gadis yang tidak berdaya. Bersiaplah..."

Gadis berambut merah itu menebas kepala pria itu dengan cepat menggunakan pedangnya.

"SRAKK!!"

Gadis yang membawa belanjaannya tadi kini lepas dari pegangan pria gila tersebut. Dia masih sangat shock melihat darah yang terciprat kemana-mana. Matanya tampak berair, sepertinya dia sedang mengingat sesuatu. Gadis yang berhasil membunuh pria tadi menyimpan pedangnya di punggungnya dan menghampiri gadis yang sedang shock tadi.

"Kau baik-baik saja? Apakah ada yang terluka?" tanyanya.

"Tidak, aku... aku baik-baik saja, terima kasih," jawab gadis tersebut, masih tampak shock.

"Siapa namamu?" gadis tersebut bertanya, berusaha menghilangkan rasa shocknya.

"Aku Akarhy. Kau?" jawab gadis yang berhasil membunuh pria gila tadi.

"Aku Arisa. Senang berkenalan denganmu," gadis itu tersenyum, memunguti belanjaannya yang berjatuhan.

Arisa berdiri, kembali membawa belanjaannya dan memperhatikan perban yang membalut Sebagian banyak tubuh Akarhy.

"Umm, apa yang terjadi padamu? Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Arisa heran.

"Iya, aku baik-baik saja. Di sini hanya dingin," jawab Akarhy sambil mengelus tangannya yang terasa membeku.

Arisa kemudian menyadari bahwa Akarhy hanya memakai kemeja yang sangat tipis sebagai atasan. Kemudian, dia membalutkan syal yang dipakainya di leher Akarhy.

"Pakailah, nanti kau kedinginan.." ucapnya lembut.

"Hm..? T-terima kasih.. ini hangat," ucap Akarhy sambil memegang syak Arisa.

"Simpanlah syal itu, aku masih memiliki satu syal lagi di rumah. Ngomong-ngomong, dimana rumahmu?"

"Aku tidak punya rumah."

"Kau.. tidak punya rumah..?" tanya Arisa heran.

"Iya, aku sendirian.. itu tidak masalah," jawab Akarhy.

"Kalau begitu, kau bisa tidur di tempatku!"

"T-tidak usah...! Aku bisa tidur di mana saja.."

"Ayolah, rumahku dekat, kok! Hanya beberapa blok lagi dari sini," ucap Arisa sambil menarik tangan Akarhy.

"Ehhh, t-tapii.. baiklah.. aku akan ikut.."

"Hehe," Arisa tertawa kecil.

"Terima kasih.. kau orang yang baik," jawab Akarhy sambil sedikit tersenyum.

Tak lama kemudian, mereka berdua sampai di apartemen tempat Arisa tinggal.

"Ayo, masuk!" ajak Arisa sambil melepas sepatunya.

"Tapi.. apa tidak apa-apa?"

"Tentu saja tidak apa-apa!"

Akarhy merasa tidak enak pada Arisa. Sambil melepas sepatunya, Akarhy kembali bertanya.

"Di rumahmu ada siapa?"

"Ada wanita pemilik apartemen ini dan anaknya," jawab Arisa sembari tersenyum.

Arisa membuka pintu apartemennya dan tampak suasana rumah yang hangat dan terang.

"Ibu, aku pulaaaang..!!" Arisa berlari dan memeluk wanita pemilik apartemen tersebut.

Akarhy memperhatikan Arisa yang memeluk wanita tersebut dan tersenyum.

"Lihatlah, bu, aku membawa teman baru!" ucap Arisa riang.

Akarhy masih kaku dengan suasana tersebut karena dia hampir tidak pernah bersosialisasi.

"Akarhy, ayo perkenalkan dirimu!" Arisa berkata pada Akarhy.

"Uhm.. h-haii.. a-aaku..A-aaka-rhy, senang b-bertemu denganmu," ucapnya kaku dan terbata-bata karena dia sangat pemalu.

"Heee? Wanita cantik ini sangat pemalu rupanya!" canda wanita pemilik apartemen itu.

Akarhy terdiam, pipinya memerah.

"Kemarilah ke sini!" ujar wanita itu sambil memeluk Akarhy.

"Dan makanlah bersama kami!" ujar wanita itu lagi sambil menawarkan kue kepada Akarhy.

Akarhy kaget karena dia belum pernah dipeluk sebelumnya.

"T-terima kasih, tapi itu akan merepotkan anda," tolak Akarhy.

"Heee? Ayolah, kami membuat kue yang enak, loh!"

"Kue..?"

"Iya, kami membuatnya dengan sepenuh hati," jawab wanita pemilik apartemen.

"Tapi sepertinya kami membuat terlalu banyak," tambahnya lagi.

"Baiklah.. terima kasih," Akarhy memakan kue pemberian wanita itu.

"Ini enak sekali.." ujarnya sambil tersenyum.

"Tentu saja! Sekarang makanlah lebih banyak!" jawab wanita itu sembari menyodorkan lebih banyak kue. Dia terlihat sangat senang.

"Satu saja cukup," tolak Akarhy.

"Ehh? Tapi badanmu tampak kurus.. Kau harus makan lenih banyak agar tubuhmu lebih sehat!" wanita itu tampak khawatir.

"Aku baik-baik saja, ini sudah cukup.. Anda baik sekali," ujar Akarhy tersenyum.

Kemudian, Arisa datang menghampiri mereka berdua. Sepertinya dia mendengar pembicaraan Akarhy dengan wanita pemilik apartemen itu. Arisa tampak sangat khawatir.

"Apakah kau sakit?" tanya Arisa pada Akarhy.

"Aku baik-baik saja."

"Eh, baiklah kalau begitu," Arisa masih tampak cemas.

Akarhy tersenyum. Senyumnya sangat menawan, walaupun dibalik senyuman itu terdapat rasa sakit yang mendalam.

"Apakah kau mau duduk di dekat perapian?" tanya Arisa lagi.

"Uhm.. iya.." jawabnya sambil berpindah ke dekat perapian.

".. hangat.." ujarnya lagi.

"Memang hangat," jawab Arisa sambil memeluk Akarhy dan tertawa kecil.

"Apa yang kau lakukan Arisa?"

"Hm? Apa lagi kelihatannya? Aku sedang memelukmu!"

"Begitu.." jawab Akarhy. Pipinya memerah.

"Tenanglah, aku tidak mesum, kok!" tambah Arisa, tertawa.

"A-aku tidak berfikiran seperti itu! Hanya saja.. mengingatkanku pada sesuatu.."

"Apa itu?" Arisa menatap mata Akarhy dalam-dalam.

"Kakakku. Dia selalu memelukku seperti ini saat aku kedinginan.."

"Oh, begitu.." senyum licik terpampang di wajah manis Arisa.

"Kalau begitu.. aku akan memelukmu lebih erat lagi!" ujar Arisa sambil memeluk Akarhy dengan kuat sampai Akarhy kesulitan untuk bernafas.

"Arisa.....!?" ucap Akarhy kaget.

Arisa masih memeluk Akarhy dengan kuat. Lebih kuat dari sebelumnya.

"Uhukk...uhukkk..."

"Lepasskan a-aaku.."

"N-nngak bii...saa naa...fasss," Akarhy memberontak.

"T-tterrl...aaalu....e..eeratt!" Tambah Akarhy dengan nafas yang tersendat-sendat.

"Khukhukhu.." Arisa melepaskan pelukannnya dan tertawa.

"Kamu terlalu imut, sih!" tambahnya lagi.

"Huh? Aku tidak imut.. tidak sepertimu," bantah Akarhy.

Arisa tertawa dan mencubit kedua pipi Akarhy. Namun, ekspresi Akarhy tetap datar.

"....."

"Kau ini.." ucap Akarhy.

Arisa melepas cubitannya dan berusaha menahan tawanya.

"Pfft... h-ha.." tawa Arisa semakin sulit ditahan.

Akarhy memegang pipinya yang memerah. Tiba-tiba, anak dari wanita pemilik apartemen itu datang dan menghampiri mereka berdua.

"Hei, Arisa! Jangan nakal, ya," ujarnya sambil mencubit pipi kanan Arisa.

"Aduh! H-hei! Apa yang kau lakukan!"

Akarhy hanya menatap mereka berdua dengan tatapan bingung.

Anak dari wanita pemilik apartemen itu melepaskan cubitannya.

"Hehe, habisnya kamu nakal sih!" ujarnya sambil tertawa.

Arisa memegangi pipi kanannya yang memerah.

"Akarhy.. pipi kita.." keluh Arisa.

"Itu balasan untukmu, Arisa," ujar Akarhy sambil menyeringai.

"Ehhh??? Tapi!! Apa yang sudah kuperbuat??"

"Kau sudah mencubit pipiku, lihat?" jawab Akarhy sambil menunjuk pipinya yang merah.

"Eeeeehh?? Tapi aku kan hanya bercanda!?" protes Arisa.

"Lupakan saja," ucap Akarhy.

"Baiklah, baiklah, aku mengerti," kata Arisa sambil tertawa.

Pipi Akarhy kembali memerah tanpa harus dicubit lagi.

"Oh, iya.. namamu Akarhy kan?" tanya anak laki-laki tadi, memastikan.

"Iya, kau benar.. Kau?"

"Perkenalkan, aku Atshushi, anak dari wanita tua itu," jawabnya sambil menunjuk ke wanita pemilik apartemen yang memang terlihat tua.

"Begitu.. salam kenal.." ucap Akarhy.

Atshushi menengok ke arah jendela dan melihat RERINTIK salju yang berjatuhan di jendela.

"Hei, kalian tidak bermain di luar? Sekarang kan white christmas," ujar Atshushi kepada Arisa dan Akarhy.

Mendengar perkataan Atshushi, Arisa menjadi bersemangat.

"Astaga! Aku lupa kalau ini white christmas!" pekik Arisa.

Arisa menarik tangan Akarhy.

"Akarhy, ayo bermain di luar!" ucap Arisa setengah berteriak.

Kali ini, Arisa bertingkah seperti anak kecil. Akarhy mengikuti Arisa dengan heran.

"Apa yang ada di luar? Sesuatu kah?" tanyanya.

"Di luar ada saljuuuu...!!!" pekik Arisa riang.

"Kenapa kau bersemangat sekali?" tanya Akarhy sambil memperhatikan tingkah Arisa.

"AKU SANGAT SUKA SALJU."

Arisa melompat kegirangan. Tetapi, diam-diam perasaan tidak enak kembali menyelubungi Arisa.

"Haha, kau lucu sekali," ujar Akarhy sembari tertawa kecil.

Di luar, tampak halaman yang putih karena tertutup salju.

"Uwaaaaaaaahhh...!!!" pekik Arisa takjub, matanya berbinar.

Arisa melompat ke tumpukan salju.

"....?" Akarhy terdiam.

"Kemarilah Akarhy, kita bermain!"

"Aku di sini saja.."

Akarhy duduk dan masih memegangi syalnya.

"Hmmm, kau yakin?" tanya Arisa.

"Iya, aku tak begitu suka salju," jawabnya.

"Baiklah kalau begitu.."

"....."

Akarhy terdiam, menatap butir-butiran salju sedangkan Arisa sedang asik bermain-main dengan salju saat tiba-tiba Arisa melihat sekumpulan salju yang berlumuran darah.

"Ehhh, a-apa ini?"

Dari kejauhan, tampak sesosok bayangan yang sangat AMBIGU.

"Ehhh...??"

"Ada apa Arisa?" tanya Akarhy.

"Cih, firasatku tidak enak," pikir Akarhy.

"Akarhy, apakah kau melihat bayangan di sana?"

"Iya.. itu.."

Semakin lama, bayangan tersebut menjadi semakin jelas. Dari bayangan itu, tampak mayat seorang pria yang berlumuran darah dengan perut yang terbuka lebar. Di dekatnya, tampak sesosok pria dewasa bertopeng biru sedang memakan sesuatu yang terlihat seperti ginjal. Arisa dan Akarhy bergidik ngeri melihat pria tersebut mencabik-cabik ginjal mentah tersebut dengan giginya yang berlumuran darah.

"I-itu.."

Akarhy sepertinya mengenal sosok tersebut. Namun, Akarhy masih terpaku dan matanya membulat ketika melihat hal tersebut dan diam-diam menyiapkan katananya. Arisa membuat sebuah benteng dari salju dan berlindung di baliknya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Akarhy.

"A-aku bersembunyi!" jawab Arisa dari balik benteng saljunya.

"Sebaiknya kau masuk," Akarhy khawatir melihat tingkah Arisa.

"Heeee? Tapi?"

"Biar aku yang hadapi dia."

"T-tapi, tapi..." protes Arisa.

"Aku baik-baik saja."

Arisa tampak sangat khawatir.

"Kau berlindunglah di dalam, di sana aman," tambah Akarhy sambil tersenyum.

"Aku akan berjaga-jaga di pintu, kalau-kalau dia masuk," ucap Arisa sambil berlari ke arah pintu.

Akarhy mengeluarkan katananya, dan mengatakan kalimat yang biasa dikatakannya sebelum mulai Bertarung.

"Bersiaplah..."

Makhluk itu menoleh ke arah Akarhy. Sepertinya makhluk itu mulai menyadari kehadiran Akarhy dan Arisa.

"Sigh.. dia melihat kemari," keluh Akarhy.

Makhluk itu berjalan perlahan ke arah Akarhy dengan menyeret kakinya yang gontai sementara Akarhy memasang kuda-kuda untuk menyerang.

"Khukhukhu, lihat apa yang kita punya di sini," tawa makhluk itu.

"Huh?"

"Mangsa baru," ucap makhluk itu sambil menyeringai dan menunjukkan gigi taringnya.

"Aku akan menghabisimu di tempat ini," ucap Akarhy.

Ekspresi Akarhy berubah menjadi menakutkan.

"Khukhukhu.. Mari kita bedah perut kotormu itu, bodoh."

"Huh, coba saja, bodoh," jawab Akarhy.

Makhluk itu semakin dekat. Kini, Akarhy dapat melihat sosoknya yang diterangi oleh cahaya dari lampu jalan. Makhluk itu adalah Eyeless Jack.

"Eyeless Jack.. menarik sekali," ucap Akarhy.

Dengan cepat, Jack berlari dan menerjang Akarhy.

"MATI KAU, MANUSIA BR*NGS*K!"

Pisau bedah Jack menggores lengan Akarhy, namun, Akarhy berhasil membalasnya dengan sebuah tendangan yang membuat Jack terpental.

"BUUGGHH..!!"

Lalu, dengan cepat Akarhy berlari dan menebas lengan Jack. Darah bermuncratan dari lengan Jack yang terpotong.

"Khukhukhu, apakah hanya ini kekuatanmu?" tanya Jack dengan suara yang memekakkan telinga.

"Tidak, ini baru permulaan," jawab Akarhy dingin.

"Khukhu..khu...KHUKHUKHU.. KHUHAHAHAHHAHAHAAA..!!"

Jack tertawa, dirinya sudah menjadi terlalu gila. Dia meremas ginjal yang ada di genggamannya hingga pecah dan juga mengoyak bajunga sehingga badannya yang berotot terlihat. Sedangkan Akarhy hanya menatap Jack dengan tatapan membunuh. Akarhy menggenggam erat pedangnya dan bersiap-siap.

"KHUKHUKHU, COBALAH DAN BUNUH AKU, MANUSIA TAK TAHU DIRI," teriak Jack.

"Tahan.. aku tak boleh gegabah," ucap Akarhy pelan, menahan semua emosinya.

"Dia bukan lawan sembarangan," ucap Akarhy dalam hati.

Jack kembali menerjang Akarhy dan kali ini, dia berhasil membuat sebuah luka terbuka di perut Akarhy.

"KHUKHUKHU, I NEED MORE KIDNEYS!"

"AAARRGGHH!!" teriak Akarhy, menahan sakit.

"I NEED MORE, MORE, AND MOOORRRRREEEEEE...!!!!" teriak Jack, menjadi semakin gila.

Kali ini, dia mengoyak baju Akarhy. Namun, dengan cepat Akarhy menusuk pedangnya ke perut Jack dan memukul wajah Jack untuk menyingkirkannya dari tubuh Akarhy.

"Minggir kau, bodoh!"

"KUH!"

"Kau tidak bisa berbuat seenaknya saja."

Setelah ditusuk, Jack kembali bangkit dan kembali menyerang Akarhy.

"Sigh, c-cepat sekali!"

Jack menarik rambut Akarhy yang panjang sampai badan Akarhy terangkat dan kakinya tidak menyentuh tanah.

"KHUKHUKHU, PENDEK," ejek Jack.

"TRANG!!"

Akarhy menjatuhkan pedangnya.

"L-LLEPASKAN AKU!!! S-SAAKITT!!" berontak Akarhy.

"KHUKHUKHU.."

Akarhy mencoba meraih tangan Jack, namun Jack melemparnya dengan sekuat tenaga hingga Akarhy terpental ke arah dinding.

"BUAGH!"

Darah keluar dari mulut Akarhy dan Akarhy menjadi tak sadarkan diri. Jack mendekati Akarhy dan mencoba untuk membuka perut Akarhy dengan pisau bedah yang dibawanya.

"KHUKHUKHU, MANUSIA BODOH.."

Tiba-tiba Akarhy siuman dan kaget melihat Jack yang berada tepat di hadapannya dengan salah satu ginjal Akarhy di tangannya. Dengan sadis, Jack mengoyak ginjal Akarhy dengan gigi taringnya yang tajam dan berlumuran darah.

"AARRGH!"

Akarhy memegangi perutnya yang terluka. Dia tidak dapat bergerak karena kondisinya. Pandangannya mulai menjadi kabur. Tiba-tiba, sebuah pisau daging yang besar menancap di belakang kepala Jack.

"!?"

Jack hampir saja memuntahkan ginjalnya yang sudah setengah tertelan. Dia menengok ke belakang dan melihat Arisa dengan banyak sekali jenis pisau.

"Jadi kau yang melakukannya, gadis kecil?" tanya Jack sambil tersenyum kepada Arisa.

Arisa bersiap-siap untuk melempar pisau daging lainnya.

"P-PERGI KAU MAKHLUK JAHAT! TOPENG BIRUMU ITU SANGAT MEMUAKKAN DAN CAIRAN MENJIJIKKAN DARI MATAMU ITU TERLIHAT SEPERTI SUSU COKLAT," teriak Arisa mantap, mencoba untuk mengejek Jack.

"APA KAU BILANG? BERANI SEKALI KAU ANAK KECIL.." ujar jack sembari mendekati arisa dengan langkah kaki yang berat.

Arisa kembali melempar pisau ke arah Jack, namun Jack berhasil menghindarinya. Arisa mencoba melempar lagi, lagi, dan lagi, sampai akhirnya Arisa mencoba untuk melemparkan lima pisau daging sekaligus.

"JLEBB!"

"A-A..APA?!" teriak Jack saat salah satu pisau menancap di tubuhnya.

"DENGAN PENAMPILAN YANG SEPERTI ITU, KAU TERLIHAT SEPERTI SEBUAH GINGERBREAD MAN DENGAN BUAH BLUEBERRY DI ATASNYA!"

Arisa kembali mencoba untuk mengejek Jack sambil melempar sebuah kursi kayu yang berat.

"BLETAKK!"

Kursi itu mengenai kepala Jack.

"ANAK KECIL SIALAN! AKU AKAN MENGHABISIMU!" teriak Jack sambil memegangi kepalanya yang berdarah.

[Sementara itu, di alam bawah sadar Akarhy..]

"Kenapa... kenapa..."

"Aku.."

"Bisa dikalahkan oleh makhluk itu.."

"Begini saja sudah kalah.."

"Kau lemah sekali, Akarhy," ucap kepribadian Akarhy yang lain.

"A-APA KAU BILANG?"

Kini, dihadapan Akarhy terlihat dirinya yang lain.

"Kalau kau ingin balas dendam, kau harus menjadi kuat. Dan terimalah aku di tubuhmu, maka kau akan menjadi kuat," ucap Akarhy yang lain sambil tersenyum kecil.

"Diam kau.." Akarhy tak ingin dirinya lepas kendali.

"Ayolah, kau ingin menyelamatkan Arisa kan? Dia sedang dalam bahaya, tahu," bujuk Akarhy yang lain.

"Kau benar, aku harus menyelamatkannya.."

Perlahan, Akarhy mulai siuman dan samar-samar melihat Jack yang mulai mendekati Arisa.

"A-aarii...saa.." ucap Akarhy lemah.

Arisa menutup pintu utama gedung apartemennya, dan tampak Jack sedang menggedor pintunya. Terlihat darah segar yang mengalir dari balik pintu apartemen melumuri dan menodai salju-salju putih yang berada di luar.

"KELUAR KAU ANAK KECIL," teriak Jack kepada Arisa.

"AKU BUKAN ANAK KECIL!!" balas Arisa dari balik pintu.

"AKAN KUDOBRAK PINTU INI!!"

Diam-diam Akarhy tersadar. Dia bangkit dan mengambil pedangnya. Namun ada yang berbeda dengan ekspresinya, terlihat senyuman yang menyeramkan dan hawa pembunuh yang menakutkan. Jack mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu apartemen dengan kakinya yang sudah pincang.

"HEI..." ucap akarhy kepada Jack.

Jack mendobrak pintunya, kemudian menoleh dan menyadari kehadiran Akarhy.

"BERSIAPLAH..." ujarnya lagi.

"KUH! MASIH HIDUP SAJA KAU INI," protes Jack.

"MATI KAU!!!"

Akarhy dengan cepat berlari dan menebas tangan Jack. Akarhy menyerang Jack dengan membabi buta.

"SRAKK!! SRAKK!!"

Akarhy terus menebas tubuh Jack dengan bertubi-tubi.

"MATI KAU! MATI! MATI! MATI! HAHAHAHAHA!!!!"

Akarhy masih melakukan serangan yang bertubi-tubi.

"KUH...AAAAAARRRGGHHH!!" teriak Jack.

Jack mencoba untuk menangkis serangan Akarhy namun tidak berhasil.

"UAAAARRRRRGGGHHHH!!!"

"MATI KAU!" teriak Akarhy.

Akarhy masih terus menyerang Jack. Tiba-tiba sekelebat bayangan muncul dengan cepat, membawa Jack pergi.

"Wuuuushh.."

Sekilas, Arisa dan Akarhy dapat melihat senyum yang berdarah dari sosok tersebut.

"A-APA ITU!?" ujar Akarhy kaget.

"Sepertinya.. aku tahu.." ujar Akarhy lagi.

"KHUKHUKHUUUU, MANUSIA BODOOOOOOHHH.. !!!" teriak sosok tersebut sebelum menghilang dalam kegelapan.

"MAU LARI KEMANA KAU?!" teriak Akarhy.

"Sigh.. dia sudah pergi...ughh.."

Akarhy memegangi lukanya dan kemudian tergeletak di tumpukan salju putih yg kemudian berubah menjadi merah darah. Datang Arisa yang juga terluka menghampiri Akarhy dan menggendongnya masuk ke dalam. Arisa menurunkannya di kasur dan membersihkan pakaian Akarhy. Arisa membuka perlahan perban Akarhy untuk membersihkan lukanya dan melihat bekas jahitan di sekujur tubuhnya. Arisa berusaha mengabaikanya, dan melanjutkan membersihkan luka Akarhy. Setelah selesai, Arisa menyelimuti Akarhy yang masih pingsan dan membersihkan lukanya sendiri, kemudian pergi mandi. Tiba-tiba, Akarhy siuman dari pingsannya dan kaget ketika melihat perbannya telah dibuka.

".....!!!"

"Dimana ini?" ujar Akarhy lalu memperhatikan keadaan sekitar.

Jam di dinding menunjukkan jam 1 malam. Suasananya sangat sepi, sepertinya orang-orang yang tadi berada di apartemen Arisa sudah pulang.

"Cih, perbanku terbuka. Luka yang memalukan," ucapnya lagi saat melihat bekas luka jahitan di tubuhnya.

Terdengar suara rintihan dan suara air diguyur dari arah kamar mandi.

"A-Ah! pwerihh..." rintih Arisa.

"Sudah malam, yah.. sepertinya Arisa sedang mandi.."

Akarhy merebahkan tubuhnya dan pura-pura tidur. Kemudian, tampak Arisa keluar dari kamar mandi dan mengganti bajunya dengan cepat. Arisa melihat Akarhy yang sedang tertidur. Arisa menghampiri Akarhy dan membelai rambutnya.

"Hmmm... Apa yang telah terjadi padamu?" ucapnya sedih.

"Huh? Kau melihatnya ya?" ucap Akarhy, tiba-tiba bangun.

"Hei.. Arisa.. Kau... Melihatnya, kan? Aku tahu.." tanya Akarhy.

Arisa terkejut, dia pikir Akarhy masih tertidur.

"Akarhy? Kau sudah bangun?"

"Iya,dari tadi.."

"Aku melihatnya..."

Akarhy bangkit dan menatap arisa.

"Ehhh? Jangan bangkit dulu! Badanmu masih sakit kan? Lukamu belum kering!" ujar Arisa cemas.

"Tidak apa-apa.."

Arisa tampak sangat khawatir. Akarhy melihat luka di perutnya.

"Sepertinya aku kehilangan sesuatu," ujarnya lagi.

"Yah.. begitulah.. kau.. kehilangan ginjalmu, aku sudah menelepon ambulans. Dan mereka akan datang mungkin 15 menit lagi.. Yaah, rumah sakit jauh dari sini, sih," kata arisa sambil tertawa kecil.

"Tapi, tak masalah.. itu tidak perlu.."

"Ehh? Tapi? Kau tidak apa-apa?"

"I-iiya.. aku msh punya satu lagi jadi tak masalah.." jawab Akarhy sambil memegangi lukanya yang belum kering.

"Tapi..."

Arisa terlihat sangat bingung.

"Sudahlah.."

Akarhy mengusap rambut Arisa perlahan.

"Sigh.. paling tidak, tidurlah di sini dulu," ucap Arisa.

"Kau terlalu khawatir yah.."

"Iya.."

"Aku tak bisa lama-lama di sini.. karena-" belum selesai Akarhy berbicara, tiba-tiba Arisa sudah berbicara lagi.

"Aku khawatir karena aku sudah menelepon ambulans ke sini, bagaimana aku menjelaskan hal ini pada mereka? Mereka akan berpikir aku hanya bermain-main dengan mereka..!" pekik Arisa.

Arisa kelihatannya sedang panik.

"......."

Akarhy terdiam.

"Jadi.. kau khawatir karena itu? kau ini.." ujar Akarhy.

"Tapi aku juga khawatir denganmu!" protes Arisa.

"Dasar, pikirkan dirimu sendiri, lihat kau juga terluka.."

"Paling tidak, istirahatlah dulu di sini, minimal sampai matahari terbit dan udara tidak sedingin ini.. Hmm, aku sudah baik-baik saja. Metabolisme tubuhku kan kuat!" Arisa terlihat bersemangat.

"Huh? Kau ini terlalu percaya diri, dasar.." ucap Akarhy sambil menyentil kening arisa.

"TUK!"

"Aduh!" pekik Arisa.

"Kenapa kau lakukan ituuu..?" tanya Arisa lagi.

"Karna kau cerewet sekali..." jawab Akarhy sambil tersenyum.

"Ngomong-ngomong, Arisa.. Kau.. tidak takut padaku?"

"Kenapa aku harus takut?"

"Lihat? Aku malah terlihat seperti monster.."

"Apanya yang monster?"

"Caraku membunuh psikopat tadi, caraku melawan makhluk tadi.. benar-benar mengerikan bukan? Hahaha.." jawab Akarhy sembari tertawa kecil.

"Yah, itu memang membuat ku shock, tapi aku sudah pernah melihat hal seperti itu terjadi, jadi.."

Arisa tak menyelesaikan kata-katanya. Akarhy menatap Arisa.

"Umm.. kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Apa yang terjadi padamu...? Beritahu aku," pinta Akarhy.

"Well, umm.. ini sedikit sulit untuk dijelaskan.."

"Baiklah.. jika aku tak boleh tau.. Aku ini hanya orang luar bukan?"

"Yah, sebenarnya.. dulu, saat umurku 11 tahun, kakakku membantai seluruh anggota keluargaku, kecuali aku.. Itu memang salah kedua orang tuaku juga sih.. Mereka menyiksa kami.." jawab Arisa.

Akarhy memeluk Arisa, dan berbisik di telinganya.

"Aku mengerti.."

"Yeeeey, akhirnya Akarhy memelukku!!" pekik Arisa di telinga Akarhy.

Arisa memeluk Akarhy dengan erat. Semakin lama, pelukan Arisa menjadi semakin erat.

"Uhmm... Jangan erat-erat nanti aku gak bisa nafas.. Arisa.. heii.."

"Hehe, baiklah.."

Arisa melepaskan pelukannnya.

"Hm.. jadi, apa kau tau dimana kakakmu sekarang?" tanya Akarhy.

"Ummm, tidak.. Terakhir yang kutahu, dia kabur dari rumah sakit jiwa dan menjadi buronan.."

"Begitu.."

Tiba-tiba, terdengar suara siren ambulans dari luar apartemen Arisa. Arisa mengintip melalui jendela dan melihag para penghuni apartemen Arisa berhamburan keluar untuk melihat apa yang terjadi.

"OH, TIDAK.." ucap Arisa.

"Ada apa?"

"AMBULANSNYA TELAH DATANG."

"Lalu kenapa?"

"APA YANG HARUS KUKATAKAN PADA MEREKA?"

"Aku tak bisa bertemu dengan mereka. Bisa gawat kalo identitasku ketahuan, Kau ini ceroboh.."

"Tapi tadi aku panik! Sekarang ginjalmu hanya ada satu!!"

"lalu Kenapa kau tidak bertanya padaku dulu sih?"

Arisa berlari keluar untuk menjelaskan apa yang terjadi pada pihak rumah sakit.

".. Ini salahku juga sih.." ucap Akarhy pada dirinya sendiri.

Dapat dilihat dari jendela, Arisa sedang diceramahi oleh pihak rumah sakit tentang bagaimana seseorang tidak boleh bermain-main untuk urusan seserius itu. Akarhy memperhatikan melalui jendela.

setelah selesai Arisa berlari ke apartemennya dan menutup pintu.

"Sudah selesai...?" tanya Akarhy.

"Fiuuh, untung mereka tidak menginterogasi ku lebih banyak lagi.."

"Baguslah kalo begitu.."

Akarhy duduk di tepian tempat tidur.

"Hmmm.. malam ini telah terjadi banyak hal.." ucapnya.

"Hooaaahhm..."

Arisa menguap, matanya terlihat sayu.

"Aku ngantuk sekali.. Aku akan tidur.. Selamat malam Akarhy," ucap Arisa sambil tersenyum.

"selamat malam.."

Arisa pergi mengambil selimut dan tidur di sofa.

"Aku tidur di sofa saja.." ujar Akarhy.

Tapi terlambat, Arisa sudah tidur dengan sangat nyenyak di sofa itu.

"Sial.. Aku tak bisa membangunkannya.."

"Baiklah, aku akan tidur di kasur.."

Akarhy berjalan menuju kasur Arisa dan tertidur. Akarhy sangat kelelahan, dia langsung terlelap. Tanpa mereka sadari, terdapat sesosok bayangan yang mengintip mereka.

"Khukhukhu..."

"Manusia-manusia bodoh.."

"Ini hanyalah permulaan, Bersiaplah untuk serangan lainnya.."

"Khukhukhu.. Akan kubalas dendam temanku.."

Sosok tersebut hilang dan meninggalkan bercak darah di jendela apartemen Arisa. Akarhy merasakan ada yg sosok yang mengawasi mereka.

"Cih, firasatku tidak enak.."

"Aku... tak bisa meninggalkannya.." ujar Akarhy sambil melihat Arisa yang tertidur lelap.

"Tapi.."

Akarhy melihat ke arah jendela dan terkejut melihat bercak darah yang ditinggalkan sosok tadi.

"..!!"

"Apa itu.. darah..."

"Jangan-jangan... yang tadi itu..." ucap Akarhy pada dirinya sendiri sambil menyeringai.

"GUBRAK!!"

"....!!!!"

Angin malam yang kencang mendobrak dan membuka jendela apartemen Arisa tersebut, membuat suhunya menjadi dingin.

"Ugh.. dingin.."

Akarhy berjalan mendekati jendela dan menutupnya. Tapi sebelum itu, Akarhy menatap keluar jendela. Tiba-tiba, tampak sesosok bayangan berlari dengan cepat melalui lorong di apartemen Arisa.

"Wuuuushh"

"apa itu..? Cepat sekali.."

Terdengar suara desahan dari sosok itu. Akarhy terkejut dan mengambil katananya.

"Siapa disana?!"

Mengangkat tangannya, sosok tersebut menampakkan diri.

"Ampun, ini aku.. Aku kebelet kencing.."

Tampak Arisa sedang menahan kencingnya.

"Arisa.. membuatku kaget saja.. Kukira.."

Akarhy menatap keluar jendela.

"Umm.. Bolehkah aku pergi sekarang? Aku rasanya ingin mengompol.."

"Iya, tentu saja.. hati-hati.."

"Huh.. Siapa itu tadi.. Apakah itu.. ah, tidak mungkin.."

Arisa pergi ke toilet dan memuaskan hasrat terpendamnya itu. Setelah itu, Arisa kembali pergi tidur. Namun, Akarhy tidak bisa tidur. Dia memutuskan untuk menjaga Arisa. Dia masih memegang katananya. Arisa tertidur sangat nyenyak sampai dia tak menyadari kehadiran Akarhy di dekatnya.

"Sepertinya dia sangat lelah..."

Akarhy menatap arisa yg terlelap. Akarhy mengusap rambutnya perlahan dan mencium kening Arisa. Lalu akarhy melihat ke arah meja belajar arisa dan melihat peralatan tulisnya kemudian mendekatinya.

"Sepertinya aku ingin menulis sesuatu.."

Akarhy menarik kursi dan duduk di meja belajar itu. Kemudian dia menulis sesuatu.

"Fiuh.."

Akarhy menghela nafasnya.

"Sudah selesai, akan ku tinggalkan disini saja .."

Akarhy meletakkan kertas itu di meja belajar Arisa kemudian menaiki jendela.

"Aku harus segera pergi, maafkan aku arisa..." ucapnya sedih, menengok kearah Arisa.

"Jaga dirimu baik-baik.."

"Sampai jumpa.."

Akarhy tiba-tiba sudah menghilang dari jendela, kemudian jendelanya tertutup sendiri.

25 Desember 2014
Matahari pagi menyinari kamar Arisa yang gelap. Kicauan burung di pagi hari membangunkan Arisa dari tidurnya yang nyenyak.

"Hoaaaaahmm...."

Arisa menguap dan meregangkan tubuhnya.

"Hmm, tidurku nyenyak sekali.. Dimana Akarhy?"

Arisa mencari Akarhy, namun tidak menemukannya. Tetapi, Arisa menemukan sepucuk surat yang ditulis dengan tinta merah.

"Hm? Apa ini?"

Arisa menggosok matanya yang masih buram dan membaca isi surat tersebut.

[Untuk arisa,]
[Maaf aku pergi tanpa pamit dulu padamu. Karena ada hal lain yang harus aku lakukan, dan juga Karena aku tak akan bisa mengucapkan selamat tinggal padamu, tapi kita pasti akan bertemu lagi.]
[Terima kasih untuk semua yang telah kau lakukan padaku, kau sangat baik.]
]Tapi..]
[Firasatku mengatakan Kau harus lebih berhati-hati sekarang, karena bahaya di luar sana sedang mengancammu. Maka ada kemungkinan akan terjadi sesuatu lagi, aku tak tau apa itu.]
[Dan jika sesuatu terjadi padamu, aku berjanji akan datang dan menolongmu.]
[Sekian,]

[Dari Akarhy]

[Note: aku tak bisa menemukan pensil jadi kutulis dengan pulpen merah yang telah kutemukan saja yah.]

Arisa selesai membaca surat itu. Air mata menetes di pipinya.

"Akarhy.. pergi.."

Arisa mengambil foto kakaknya yang dia simpan dalam laci meja belajarnya dan menatapnya.

"Sigh.. dia mirip sekali dengan kakakku... Aku ingin bertemu kakak lagi.."

Arisa mulai menangis. Dia mengambil salah satu pisau yang biasa dia simpan di laci meja belajarnya dan mulai menyayat-nyayat kulitnya sendiri.

"Hiks.. hiks... Kenapa aku selalu merasa sehampa ini..."

Depresi yang diderita oleh Arisa menjadi semakin parah. Arisa tertawa senang melihat darah mengalir dari urat nadinya.

"Eheheehe.. Teehee.."

Darah Arisa yang mengalir bercampur dengan air mata Arisa dan membuat Arisa tertawa semakin keras.

-------------------------------------
-------------------------------------

Di suatu tempat dikeramaian kota, di musim dingin. Terlihat sosok akarhy sedang bersandar di tembok di tengah keramaian kota. Tidak ada yg menyadari kehadirannya, dan tidak ada yang sadar ketika dia tiba-tiba menghilang ditelan kegelapan malam.

"Khukhukhu.."

"Bersiaplah.."

-END-
Read More....

Story: Midnight Xmas

Posted by : Unknown
0 komentar



 Ai Mochizuki(Kiri) dan Crying Madness(Kanan)

"MIDNIGHT XMAS"

Story by : S.N.A Fitra

Art by : O's Utau

Dingin SALJU tidak menyurutkan niat gadis berambut merah muda dengan dress pink, berjaket kelinci hitam dan bersepatu boot panjang hitamnya itu. Entah tempat apa yang ia tuju, gadis itu terus berjalan tanpa menghiraukan salju yang berjatuhan bagaikan RERINTIK hujan. Ai Mochizuki. Begitulah para proxy Slenderman lainnya memanggilnya. Ia terus berjalan sembari memerhatikan setiap rumah yang ia lewati.
Semua rumah itu tampak biasa-biasa saja. Pohon natal, hiasan lampu, kehangatan keluarga, semuanya tenang dan sudah pasti terlelap. Namun salah satu rumah menarik perhatiannya. Suasana rumah itu berbanding terbalik dengan yang lainnya, cahaya lampu tampak BERPENDAR dari dalam rumah dengan jendela setengah terbuka. ‘Lho, kok terbuka?' Ai pun segera mengacuhkan hal tersebut karena ia berpikir pemilik rumah itu sedang pergi dan lupa untuk mematikan lampu serta menutup jendela rumahnya.
Tiba-tiba sebuah genting terjatuh didepan Ai. Sontak Ai langsung melihat kearah atap. Seseorang yang membawa karung berjalan di atas rumah tersebut. 'Siapa dia? Santa? Atau pencuri? Apa yang dia lakukan di atap rumah itu?' Sosok tersebut membuat Ai begitu AMBIGU . Sosok tersebut kini melompat turun dari rumah tersebut dengan mulusnya mendarat di tanah bersalju dan membuat suara bertubruk pelan antara sepatunya dengan permukaan. Tanpa pikir panjang Ai mengikutinya, tiba-tiba sebilah pisau melayang kearah pada Ai, secara refleks ia segera menghindarinya.

"Khihihi... Apa maumu? Khihi… sepertinya kau ingin bermain yah?" terdengar suara tawa gila perempuan belia.

Seorang gadis berjaket merah, celana jeans hitam dan bersepatu sneakers hitam dengan topeng tersenyum di bagian mata topeng tersebut mengeluarkan tangisan darah itu segera menjatuhkan karung yang ia bawa. Seluruh isi karung tersebut tumpah begitu jatuh di tanah, mengeluarkan beberapa potongan daging manusia yang masih baru.

"Hey, sepertinya aku tahu sedikit tentangmu, Crying Madness."
"Khihihihi...sepertinya aku begitu terkenal yah? Hahaha...apa yang kau lakukan disini, heh?" tanya C.M dengan terkikik.
"Tidak ada, hanya penasaran apa yang kau lakukan pada penghuni di rumah tadi." jawab Ai dengan nada santai. Ai segera menyiapkan pisau dapur yang terdapat di balik jaketnya.
"Ayolah, kau ingin 'bermain' kan? Khihihi..." tanpa komando, C.M segera menerjang Ai dengan kecepatan tinggi, ia mengeluarkan pisau dapur dan siap menerkamnya dengan segala nafsu akan haus darah.
Dengan gesit Ai segera menahannya. Dentingan pisau yang saling beradu mengisi suasana natal di jalan tersebut. Ai bergerak mundur dan segera berlari dari tempat.
"Hey, apa yang kau lakukan pengecut? Kenapa kau malah berlari bukannya ingin bermain denganku, iya kan? Ai mochizuki! Aku sering melihatmu di hutan sendirian!" C.M terus mengejar Ai. ‘Sial,ternyata dia sering melihatku di hutan. Ah sudahlah ,aku harus pergi ketempat itu sekarang' Ai terus berlari ke suatu tempat.

Akhirnya, Ai sampai di sebuah taman yang terbengkalai, beberapa alat bermain seperti ayunan, perosotan dan yang lainnya telah usang dan besinya mulain berkarat, benar-benar tempat yang sudah tak di urus lagi. Ai kemudian terdiam sejenak. Melihat kesempatan tersebut, C.M segera berlari menuju Ai.
GUBRAK!
C.M tergelincir di atas es dan terjatuh dengan dentuman yang keras, darah segar keluar dari balik topengnya dan menetes di atas kolam yang telah membeku.

"Hehehe, bagaimana C.M? Tempat yang bagus, kan? Tempat ini sangat indah, apalagi jika dihiasi dengan darah. Baiklah, aku akan bermain bersamamu C.M" sorot mata Ai seketika berubah menjadi kejam. Ia tampak berbeda dari sebelumnya.
"Hahahaha! Ai, pintar sekali kau bisa memilih tempat seperti ini. Hahaha!!!" tawa C.M semakin nyaring dan tak terkendali.
"Kau ini memang aneh Cry--" CRAAT! Sebuah sayatan terukir di pipi Ai sontak membuatnya mundur beberapa langkah. 'Cepat sekali! aku harus waspada'. Teriaknya dalam hati.

Ai kemudian melompat mundur untuk menjaga jarak dengannya, tanpa banyak berpikir, Ai berlari menerjang kearah C.M. Ia berusaha menyerang bagian perut, namun C.M berhasil menghindar dari serangannya. Dalam kecepatan dan waktu yang singkat Ai menemukan celah pada C.M, ia melompat ke tubuh C.M dan langsung mencekiknya dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya siap menancapkan pisau pada tubuh C.M.

"Hahaha! Tidak secepat itu!" C.M mendorong tubuh Ai dengan kasar dan menendang nya sehingga cekikannya terlepas, Ai jatuh tersungkur beberapa inci dari C.M diatas es yang keras dan dingin tersebut, kemudian ia bangkit dengan menunjukkan wajah yang kesal, Ai mulai kesakitan.
"Ayolah Ai, main dengan serius!" ledeknya, kemudian C.M menerjang Ai dan menghempaskan tubuhnya yang kecil sehingga ia bertubrukkan pohon.

Ai mencoba mencabik leher C.M, namun dengat cepat C.M melempar pisaunya ke atas kemudian mengunci tangan Ai, dengan lihainya C.M menangkap kembali pisaunya. Ia mengangkat pisaunya tinggi-tinggi, bersiap untuk menusukannya pada tubuh Ai. Tak tinggal diam, dengan sekuat tenaga Ai menendang tubuh C.M hingga tersungkur mundur beberapa meter, kekuatan terkuat fisik Ai hanya pada bagian kedua kakinya saja.
Melihat lawannya yang mulai bangkit, Ai segera berlari menerjang dengan kecepatan penuh untuk menikam C.M. Sayangnya, ia kalah cepat dengan C.M. Gadis bertopeng itu seketika menyayat pergelangan kaki Ai sehingga membuatnya terjatuh berdeguk meski sayatannya tidak terlalu dalam namun cukup membuatnya untuk terjatuh. Darah merah segar secara perlahan mulai menggenangi permukaan es dan membuat sebuah kolam merah. Ai menjerit kesakitan memegangi pergelangan kakinya sedangkan C.M kembali tertawa dengan puas.

"Sialan, awas kau!" jerit Ai, air mata mulai keluar dari sudut kelopak matanya kemudian jatuh menuruni kedua pipinya yang gembul.
Tanpa mempedulikan rasa sakit yang sangat, Ai menyerang C.M. Mereka berdua pun bergulingan diatas salju, saling tumpang-tindih. Mereka kemudian berhenti dengan posisi C.M menindihi tubuh Ai dan mencekiknya. 'Tangan yang merepotkan!' Ai mencabik lengan C.M dengan jemarinya yang kecil namun kukunya yang panjang dan tajam cukup membuat C.M meringis kesakitan. Ia pun segera melepaskan cekikannya dan bangkit. Begitu juga dengan Ai meski ia masih kesakitan. Darah segar yang keluar dari pergelangan kakinya membuat sebuah lukisan merah pada permukaan es, sinar bulan purnama yang menerangi tiap sudut kegelapan memantulkan pantulan cahaya dari kolam yang membeku, membuat bercak darah Ai menyala bagaikan kilau batu ruby merah yang menghiasi permukaan.

"Khihihi, kau hebat juga. Meski kakimu tersayat, kau masih bisa berdiri." ucap C.M dengan nada mengejek.
"Terima kasih atas pujian murahannya." jawab Ai sembari berlari ke arah C.M. Dentingan pisau kembali terdengar.
"Kyahahahaha!" C.M hanya tertawa mendengar perkataan Ai, tawanya semakin terdengar menghina.
"Aku bukang mengingikan tawamu, gadis sinting!" Ai mulai emosi.
"Apa itu penting untuk saat ini? Hahaha! Oh, ya ampun aku tak bisa berhenti tertawa. Kyahahahah!" kewarasan C.M sudah mencapai puncaknya. Lagi-lagi ia tak bisa mengendalikan dirinya.
Tiba-tiba Ai bergerak menerjang C.M, melompat dan menendang telak dada C.M hingga ia terpental. "Ayolah C.M, aku tahu kau ini bukan orang yang lemah. Ditendang segitu saja kau langsung jatuh." ucap Ai dengan nada angkuh.
"Cih, dasar. Segitu saja kau sudah bangga. Jangan senang dulu. Khihihi..." C.M bangkit kembali dari posisinya. Kali ini ia tampak lebih serius untuk menghadapi Ai, ia akan melakukan perlakuan yang sesungguhnya.

Mereka berdua pun saling menerjang, dengan cepat Ai segera mengayunkan pisaunya kearah gadis bertopeng itu. C.M menghindari serangan Ai, C.M menemukan celah pada diri Ai dan menendangnya ke arah pohon dengan kuatnya sehingga tubuh mungilnya terhempas dan bertubrukkan dengan suara yang cukup keras. SALJU pun berjatuhan dari ranting-ranting pohon menutupi kepalanya. Ai jatuh tersungkur ke tanah dengan tubuh bersenderan pada pohon, ia terdiam dibawah pohon tersebut, tak ada pergerakan, kepalanya tertunduk kebawah. C.M berjalan perlahan keluar dari kolam yang membeku mendekati Ai, matanya berbinar dan senyumnya yang kejam di balik topeng terhias dengan nafsu membunuh dan juga penuh kemenangan.

"Aaaa~Iiii~… nikmati akhir permainan ini ya—AARGGH!" C.M tertunduk dan meringis kesakitan, "Bagaimana bisa?!" pekiknya, darah segar perlahan merembes dari jaket yang ia kenakan kemudian menetes di atas SALJU putih, matanya yang penuh dengan kemenangan berubah menjadi mata orang yang sekarat. "Kapan kau melakukannya!?" pekiknya sembari menahan sakit.
"Entahlah, mungkin saat kau menendangku." Jawab Ai sembari mengangkat kepalanya, C.M pun seketika teringat saat ia menendang Ai, bocah itu sempat menggoreskan pisaunya pada bagian tubuhnya.
"Khihihi..." C.M hanya terkikik mengingat hal itu.
"Dasar orang aneh."Ai pun berdiri tegak dan menunjukan wajahnya yang menyeringai. Kini mereka saling bertatapan.
"Bagaimana jika kita akhiri ini saja? Setidaknya sampai diantara kita mati atau kita berdua yang mati." tanya C.M sebari memiringkan kepalanya. Senyum sadis terukir dibalik topeng yang ia kenakan. Ai menunduk kebawah, ia tampak sedang berpikir, kemudian ia mengangkat kepalanya, kembali melihat kearah C.M.
"Baiklah, tapi." sebelum saling menyerang, Ai melihat ke atas kearah rembulan. Angin kencang yang bertiup membawa udara dingin terasa menusuk tulang namun ia tak mempedulikannya, “Slender, apabila aku mati hari ini. Aku minta maaf.’’ Ucapnya lirih, kemudian ia berdiri, C.M segera melempar pisau dapur milik Ai yang terjatuh padanya, kemudian masing-masing mengambil posisi kudak-kudak lalu kedua gadis itu pun saling menerjang dan menyerang satu sama lain.

--

Ai menatap genangan darah di sekitarnya. Kini dirinya penuh dengan luka sayatan, jaket kelinci hitamnya sobek dengan penuh noda darah, dress pink-nya juga sobek parah memperlihatkan sebagian perutnya yang tersayat, ia berhenti bergerak dan menurunkan tangannya yang memegang pisau.

"Kenapa? Kenapa kau tak segera membunuhku, hei!?" C.M terduduk di atas tumpukan SALJU yang bercampur darah. Gadis bertopeng itu tampak kelelahan dan napasnya tersengal.
"Aku mulai bosan, aku ingin pulang, anggap saja ini hadiah natal dariku. Ngomong-ngomong, Selamat Natal Crying Madness." Ai pun berjalan teratih-atih meninggalkan C.M sendirian.
"Aku. Kalah?" C.M melepas topengnya dan menjatuhkannya. Air mata mulai membasahi pipinya, ia pun terbaring perlahan di atas SALJU putih yang ternoda darah, matanya berbinar tak percaya musuh yang seharusnya memiliki kesempatan malah melepaskannya begitu saja, "Khihihi, aku kalah. Kyahahahahaha! Seharusnya aku lebih serius lagi!..hiks..hiks." C.M terus tertawa sembari terisak-isak, air mata mulai membanjiri kedua pipinya.
"Dasar gadis gila." Gerutu Ai dari kejauhan.

--

BREAKING NEWS.
"Pagi ini, semua warga dikejutkan oleh penemuan sebuah karung yang berisi beberapa potongan tubuh manusia. Diduga potongan tubuh tersebut adalah potongan dari kasus pembunuhan keluarga Smith. Karung tersebut ditemukan tak jauh dari kediaman keluarga Smith. Para warga dihimbau, untuk mengunci pintu dan jendela rumah rapat-rapat di saat malam hari. Beralih ke berita selanjutn....*suara statis"
Read More....

Story: The Rake Project

Posted by : Unknown
0 komentar

Lazzier (Kiri) and Adolf Muller (Kanan)


- The Rake Project-

Story Maker: Faris Asad Hamidin (Main Author in CPAI Blog)
Illustrator: Putri Saskia Ardelia

Bulan Desember, Bulan dimana Siang hari pun rasanya dingin, Yap, Berada di penghujung musim gugur ini memaksa semua orang untuk memakai Syal dan Jaket yang hangat. Dan di bulan ini hanya ada 2 tipe manusia menurutku, Yaitu tipe orang yang tetap sibuk dan tipe orang pemalas, Aku? Bila bisa memilih aku akan memilih yang kedua, Namun takdir berkata lain, Inilah cerita seorang pemalas dan seorang yang menurutku keras kepala

-20 - 12 - 2014, 06:41 Pagi-

Hari ini, Sepertinya aku melakukan hal yang tidak biasa kulakukan, Mengingat biasanya aku bangun dari tidur jam 9 pagi,Namun entah mengapa, Hari ini aku merasa kalau ada seseorang yang mengetuk pintu rumahku..

Knock Knock.. Tidak lama kemudian seseorang mengetuk pintu rumahku, Dan aku hanya berjalan menuju pintu dengan malasnya, Pada saat aku membuka pintu, Seseorang berambut Spike, Memakai jaket berwarna hitam dan wajah yang sedikit garang tersebut memberi kesan seperti Preman di daerah sini

" Yo! " Itulah hal yang diucapkan pertama kali
" Siapa kamu? " Aku memasang wajah heran
" Oh iya, Maaf, Sebelumnya kita tidak pernah bertemu, Ini kartu nama milikku " Dia memberikan sebuah kartu yang berwarna putih, Namun kutahu itu bukan sembarang Kartu nama
" CCC? " Tanyaku
" Yap, Kita akan menjadi partner untuk sebuah kasus di United States of America " Senyum kecilnya tetap membuatku merinding
" Silahkan masuk " Tawarku kepada orang itu

Dia melepas sepatu kulit yang dia pakai, Dan kini kami berdua berada di ruang tamu

" Agar kita lebih akrab, Panggil aku Adolf, Adolf Muller " Dia memperkenalkan dirinya
" Houtarou, Houtarou Oreki, Lazzier, Salam kenal "
" Jadi, Lazzier, Kita akan menghadapi sebuah kasus yang bukan disebabkan oleh manusia "
" Bukan manusia katamu? " Tanyaku
" Iya, Sebuah makhluk yang tinggal di danau, Belakangan ini mahkluk itu sering menyerang warga di sebuah daerah di United States, Tidak ada nama yang diberikan untuk makhluk itu, Namun sementara kita akan menyebutnya " Rake " " Jelasnya

Kata kata yang lumayan AMBIGU itu membuatku sedikit kebingungan dikarenakan sebenarnya Rake memiliki banyak arti yang tersembunyi.

" Emm, Penggaruk? " Tanyaku
" Bukan " Adolf mengerutkan wajahnya
" Lalu apa? " Tanyaku
" Dokumen ini akan menjelaskannya kepadamu " Adolf menyerahkan dokumennya kepadaku

Aku membuka dokumen yang dibawa Adolf, Aku membaca beberapa pesan yang ditinggalkan orang mati, Lebih tepatnya korban korban makhluk itu, Dan aku tertarik pada beberapa dokumen yang ditemukan pada sebuah box kayu

A Suicide Note: 1964

Aku sudah bersiap untuk mencabut nyawaku sendiri, Aku pikir ini adalah keputusan yang tepat mengingat betapa menderitanya diriku setelah kejadian itu, Ini bukan salah siapapun selain " Dia " Setiap malam aku merasakan kehadiran dirinya, Dan ketika secara tidak sadar aku membuka mataku, Akumelihat sebagian dari dirinya, Aku mencoba untuk tidur, Namun itu adalah keputusan yang salah, Aku mendengar suaranya, Memaksaku untuk membuka mataku, Dan pada saat aku membuka mataku, Aku bertatapan mata dengan " Dia ", Matanya yang mencerminkan kemarahan dan rasa haus akan membunuh itu menatapku, Namun hal yang dia lakukan setelah aku melihatnya adalah dia melarikan diri, Meninggalkanku dengan Trauma yang amat sangat besar, Mungkin beberapa hari yang akan datang aku tidak akan pernah bisa " Bangun " dari tidur lagi, Jadi, Selamat tinggal.

Ditemukan beberapa surat yang sama untuk beberapa orang yang diduga temannya, Dan sebuah surat tanpa perangko disana, Yang bertuliskan

" Dearest Linnie "
Aku berharap atas keselamatanmu, Karena " Dia " Menyebutkan namamu

Dan sebuah dokumen lagi yang berjudul A Journal Entry [Translated from Spanish]: 1880

Aku mengalami sebuah pengalaman yang paling menakutkan dalam hidupku, Aku mengalami sebuah pengalaman yang paling menakutkan dalam hidupku, Aku mengalami sebuah pengalaman yang paling menakutkan dalam hidupku, Aku melihat matanya, Matanya yang terlihat kosong, Hitam, Dia melihatku, Dia menghunuskan tangannya ke tubuhku, Tangannya yang basah, Dan Suaranya ... (Tulisan setelah itu tidak terlalu jelas karena darah yang bercampur)

Aku memeriksa dokumen dokumen itu, Dan aku menemukan Sketsa makhluk itu, Di sketsa tersebut terlihat seperti manusia biasa, Dengan rambut panjang yang terlihat basah dan tangannya yang panjang

" Jadi, kita akan menghadapi seekor makhluk asing penyebar terror yang sudah hidup ratusan tahun? " Aku sedikit curiga terhadap makhluk itu
" Ya, Begitulah, Nyatanya hingga saat ini makhluk itu masih berkeliaran " Jawabnya
" Tiket pesawat sudah ada? " Tanyaku
" Ya, Sudah diurus oleh Black Army " Jawabnya
" Oke, Biarkan aku beres beres sebentar, Walaupun sebentar, Paling cepat sekitar 45 menit, Sementara itu kau bebas melakukan apapun dirumah ini

Hal yang pertama kali kulakukan adalah Mandi, Karena aku baru bangun tidur saat Adolf mengetuk rumahku, Kemudian beres beres dan membawa beberapa benda penting seperti Winchester kesayanganku, Glock dan Multitool Knife, Dan juga sebotol minuman yang kurasa penting untuk perjalanan ini, Aku memakai jaket berwarna putih dan syal untuk menutupi leherku

Setelah seleesai menyiapkan hal hal itu, Ternyata lebih cepat 10 menit dari perkiraanku, Aku memanggil Adolf untuk berangkat. Perjalanan menggunakan pesawat menuju United States memakan waktu sekitar 18 jam, Jam 3 pagi, Kami sudah sampai di tujuan, Dan kami berdua dijemput oleh Anggota CCC Yang tidak kukenal menuju sebuah perkampungan yang memakan waktu 4 jam, Yang artinya kita sampai pada jam 7 pagi

-21 - 12 - 2014, 08:17 Pagi-

Pagi hari di sini serasa jam 5 pagi, Sinar matahari masih belum menyinari perkampungan ini, Aku dan Adolf sedang mengelilingi daerah sekitar, Beberapa peralatan seperti Kamera, Infrared, Dan yang lainnya kami taruh dalam 1 tas besar, Tentu saja yang membawa tas itu Adolf, Sedangkan aku yang membawa senjata untuk menghadapi " Rake " dan beberapa kebutuhan lainnya

" Menurutmu dia ada dimana? " Adolf mungkin meminta pendapatku
" Danau terdekat disini? " Tanyaku
" Ah, Aku sampai lupa, Danau terdekat dari sini berada sekitar 500M lagi dari sini "

Setelah kami berdua sampai di danau,Kami memasang sekitar 23 kamera otomatis yang akan memfoto apapun yang bergerak di dekat kamera tersebut, Infrared untuk membunyikan alarm, Dan semua itu memakan waktu sekitar 2 jam

" Baik, Kita akan menunggu disini, Mungkin kita akan beruntung mengingat makhluk itu bisa saja mengambil jalan lain "

Saat aku duduk di sebuah kayu yang sudah ditebang, Setitik air turun menetes ke wajahku

" Gerimis kah? " Aku menggumam
" Sepertinya akan hujan hari ini, Mau menunggu disini atau kita kembali ke perkampungan? " Tanya Adolf
" Kita akan menunggu, Firasatku mengatakan kalau makhluk itu akan lewat " Jawabku
" Kalau begitu lebih baik kita memasang tenda disini " Usul Adolf

Kami berdua memasang tenda dengan cepat, Hasil dari pemasangan tenda tersebut tidak buruk, Malah bisa dibilang seperti biasa dan sepertinya dapat menghalau hujan , Awan yang mendung lama kelamaan mulai menurunkan airnya, RERINTIK air hujan itu lama kelamaan semakin deras, Karena sudah hampir musim salju, Air itu terasa sangat dingin saat tersentuh kulit begitu aku mencoba mengeluarkan tanganku melewati tempat masuk tenda

Adolf membuka botol stainless yang berisi minuman keras, Tentunya untuk menghangatkan tubuhnya

" Mau minum? " Adolf menawarkan minumannya kepadaku
" Tidak, Terimakasih, Aku sudah membawa minumanku sendiri " Aku membuka tas yang kubawa, Kebetulan kakakku memberikanku sebuah minuman berbahan dasar jahe yang katanya tahan hingga 1 bulan setelah dibuka, Wangi dari minuman yang dberikan kakakku sangat tajam, Jadi mungkin rasanya akan sangat kuat, Botol minuman itu memiliki tali jadi dapat dikalungkan ke leher, Dan aku mengalunginya karena kurasa aku masih membutuhkannya

Ketika aku meminum minuman tersebut, Aku melihat sebuah bayangan seseorang karena tenda ini masih bisa tertembus bayangan dari luar, Jari telunjukku langsung reflek berada di depan mulutku, Mengisyaratkan untuk diam, Adolf yang melihatku mengangguk, Lalu menengok kebelakang, Bayangan itu nampak berputar mengelilingi tenda

Adolf menggerakkan tangannya untuk memberikan bahasa isyarat, Bahasa isyarat tersebut terlalu terlambat untuk diberitahukan kepadaku

" Sebisa mungkin kita menangkap makhluk itu hidup hidup "

Aku hanya bisa menarik nafas, Dan pada saat itu juga, Makhluk itu menembus tenda.

Srakkk, Tenda itu robek, Makhluk itu masuk kedalam, Dan aku berfikir makhluk ini akan sulit ditangkap hidup hidup. Karena selain tangannya yang panjang, Kukunya yang terlihat tajam itu penuh dengan darah makhluk hidup, Tubuh makhluk itu bungkuk, Dengan rambutnya yang panjang dan basah seperti di ilustrasi dokumen

" Lazzier "
" Ya Adolf "
" Mungkinkah salah satu dari kita akan mengorbankan diri? "
" Mungkin saja " Jawabku

Makhluk dengan mata yang hitam itu menatap kami berdua dengan tatapan kebencian, Lalu makhluk itu berlari meninggalkan kami berdua

" Kejar! " Sahut Adolf

Dengan reflek kami berdua berlari mengejar " Rake " , Makhluk itu berlari dengan cepat, Demi kecepatan berlari kami hanya membawa senjata yang bertipe ringan, Adolf dengan Revolvernya sedangkan aku dengan Glock, Mengejar " Rake " Ditengah hujan tidak ada di daftar Scenario, Namun kupikir ini adalah tindakan paling beresiko. Namun satu hal yang tidak kumengerti, Bahwa Adolf sudah berada jauh di depanku sebelum aku menyadarinya

Brukk, Adolf yang entah mengapa sudah berada jauh di depanku terjatuh, Karena tanah yang licin, Adolf terpeleset dan kepalanya yang mendarat terlebih dahulu membuat Adolf pingsan , Melihat Adolf tak sadarkan diri, Rake berbalik arah dan berlari menuju Adolf, Mengarahkan cakar tajamnya menuju kepala Adolf

" Adolf! " Aku menembakkan sebuah peluru untuk membuah Rake menjauh, Namun dia tidak takut sama sekali
" Cih, Adolf! Sadarlah! " Aku meneriakkan namanya, Jarak antara aku dan Adolf masih lumayan jauh

Adolf langsung sadar, Melihat Tangan Rake sudah berada di depannya, Adolf langsung menyemburkan sesuatu dari mulutnya ke wajah Rake, Makhluk itu berteriak, Lalu menjauh dari Adolf, Pada saat itu aku baru sampai di tempat Adolf jatuh

" Apa yang kau semburkan? " Tanyaku
" Ya, Kau tahu, Minumanku, Aku hanya meminum sedikit, Sisanya aku tahan di mulut sampai makhluk itu muncul di depan wajahku "
" Ya, Kau sepertinya beruntung "
" Trik lama kawan "

Rake masih berada di dekat kami, Dia menatap kami berdua lagi, Kami berdua mengepalkan kedua tangan kami.

" Well, It's Show Time " Gumamku

Rake melompat menuju tempat dimana aku berdiri, Lompatannya sangat cepat hingga reflekku tidak sanggup merespon dengan lebih cepat

Brakk, Adolf menendang Rake, Tendangannya tergolong cukup kuat, Namun Rake mencengkram kaki Adolf, Kukunya yang tajam menembus kaki kanan Adolf, Keputusan yang tidak tepat dapat membunuh Adolf ditempat.

Scenario yang terbaik adalah menembak Rake, Namun aku tidak memilih yang terbaik, Aku memilih yang terburuk

Brakkk, Aku menendang kepala Rake, Makhluk itu masih mencengkram kaki kanan Adolf, Aku memukul wajah Rake terus menerus, Namun seakan akan Rake seperti Lem Permanen, Semua usaha itu sia sia.

" Lakukan hal yang sama seperti yang kulakukan tadi Lazzier " Adolf memberitahu rencana lain

Aku langsung teringat, Aku membuka botol minuman yang kukalungi, Dan menyiramkan air minum yang baunya tajam tersebut tepat di wajahnya. Ketika Rake tersiram, Dia melepaskan cengkramannya dan mencoba kabur, Namun dirinya tidak akan pernah dapat lari dari Adolf.

Dor! Beberapa peluru ditembakkan, Peluru itu mengenai kedua kaki Rake hingga makhluk itu tidak dapat berlari lagi

" Maafkan aku Adolf " Aku menundukkan kepalaku
" Tidak apa apa kawan, Tolong ambilkan minumanku, Tadi terjatuh disana " Adolf menunjukkan botol minumannya.

Aku mengambil botol minumnya Adolf, Adolf hanya meminum sedikit, Sisanya Adolf menggigit Jaket yang dia pakai, Lalu menyiram minumannya ke kakinya sebagai tindakan pencegah bakteri masuk lebih banyak.

Adolf berteriak kesakitan, Aku membiarkan Adolf untuk sementara, Aku kembali menuju tenda untuk mengambil sebuah Pistol Flare, Aku menembakkan Flare berwarna merah terang tersebut, Dan karena hujan yang tergolong deras, Cahaya dari Flare tersebut BERPENDAR lumayan cepat seiring Hujan yang menyebalkan ini.

Tak lama kemudian, Beberapa orang dari CCC Datang menjemput kami berdua, Rake dikurung menggunakan sebuah peti besi dan diangkut menggunakan sebuah Helikopter, Adolf yang tidak dapat berjalan dengan lancar aku bantu sedikit, Lengannya kutaruh di pundakku dan kuangkat Adolf. Kini misi kami berdua selesai. Kamera Otomatis dan Infrared aku serahkan pada mereka karena itu adalah properti milik mereka

Kami berdua kembali menuju tempat tinggal kami masing masing, Dan pada saat kami berada di bandara, Kami memulai sebuah topik yang tidak terlalu penting

" Menurutmu mengapa Alarm tidak berbunyi saat Rake melewati danau? " Aku sedikit bingung
" Ada 2 kemungkinan, Kalau Infrared tidak terkena Malfunction ya Rake masih belum kembali ke danau "
" Lalu mengapa hanya kita berdua yang menghadapi Rake? " Tanyaku
" Tim CCC Yang lain ditaruh di sisi yang berbeda, Sebenarnya kalau bukan kita yang menghadapi Rake, Ya tim yang lain, Dan mereka melihat Flare yang kamu tembakkan bukan? Pada saat itu mereka langsung menelpon bantuan " Jelas Adolf
" Hmmmm, Jadi begitu "

Aku melhat awan yang sedikit gelap, Karena sudah berada di penghujung Desember, Salju sebentar lagi akan turun

" Hei Adolf, Kau menyukai SALJU? " Tanyaku
" Entahlah, Aku tidak membencinya maupun menyukainya " Jawabnya
" Menurut mitos, Salju yang turun pertamakali memiliki rasa " Aku memberitahu sebuah mitos anak anak
" Yah, Mungkin saja kau benar "

Tidak lama kemudian, Salju turun sedikit demi sedikit dan Salju ini akan menyelimuti kota

Oh iya, Salju yang pertama turun rasanya sedikit manis

-End-
Read More....



Yoo, Balik lagi sama Admin yang sudah jarang mampir kesini lagi, Kali ini ane bakal bahas tentang Zodiac Killer *-*)/ ..

- Zodiac Killer -

Sinopsis

Di awal tahun 70-an, Seorang pembunuh yang menyebut dirinya " Zodiac " Meneror daerah San Francisco, Membunuh pasangan di daerah terpencil.

Zodiac Killer diyakini bertanggung jawab atas paling sedikit 5 pembunuhan di sekitar tahun 1968 dan 1969, Dimana ia sendiri mengirim sebuah surat tentang pembunuhannya ke pembuat koran lokal, Dan dirinya menyebut " Zodiac " Di beberapa suratnya. Pelaku sudah muncul, Namun pembunuh itu tidak pernah tertangkap

Pembunuhan pertama

Zodiac Killer ini dipercaya membunuh orang yang bernama Cheri Jo Bates, Seorang mahasiswa di daerah Riverside, California, Cheri dibunuh di luar perpustakaan sekolah pada tanggal 30 Oktober 1996. Beberapa orang memberitahu ke polisi kalau melihat seorang pria yang mengendarai mobil tua pada jam pembunuhan dan Polisi juga menemukan jam tangan milik seseorang ditempat

Beberapa bulan setelah pembunuhan Cheri, Sebuah surat dikirim ke pembuat koran lokal yang dipercaya pembuatnya adalah pembunuh Cheri, Beberapa bulan kemudian setelah surat itu dikirim, Polisi dan keluarga Cheri Jo Bates mendapat surat, Semuanya dengan isi yang mengejutkan

" Bates Pantas Untuk Mati, Dan Masih Akan ADda Banyak Lagi "

Pembunuhan dan Cipher Message

Pada malam hari, 20 Desember 1968. Pembunuh itu selalu bagus dalam setiap aksinya, Dia menembak sebuah pasangan di daerah Vallejo, California. Mereka sedang berada di mobil pada saat David Faraday ditembak tepat di kepala ketika dia duduk di mobil dan Betty Low Jensen ditembak di belakang 5 kali diluar mobil

4 Juli 1969, Zodiac Killer dipercaya membunuh pasangan muda yang bernama Mike Mageau dan Darlene Ferrin di Vallejo. Maegau berhasil selamat dari tembakan itu namun Ferrin tewas ditempat. Pada saat itu juga pembunuh menaruh surat di 3 tempat pembuat koran lokal yang berisi detail tentang kejahatan yang dibuatnya

Zodiac Killer juga menulis sebuah Cipher Message atau Pesan Berbasis Kode yang dipisah pada 3 pembuat koran itu, Di surat itu, Zodiac Killer bilang apabila Cipher Message buatan Zodiac tidak dicetak pada koran ia akan membunuh lagi, Di surat itu juga terdapat sebuah simbol aneh yang menjadi " Icon " Zodiac Killer ini, Simbol itu berupa sebuah lingkaran dengan 2 buah garis yang menyilang

Zodiac Cipher Message berhasil dipecahkan oleh seorang guru sekolah dari daerah Salinas. Walaupun pembunuh itu tidak mencantumkan namanya di pesan yang ia buat, Namun seperti yang biasa ditulis oleh seorang pembunuh, Cipher Message itu berisi tentang kepribadiannya

-Pada Bisa Translate Sendiri Apa Ngga Ya? Sengaja Ngga Ditranslate Agar Lebih Berasa colonthree emotikon *Dan Sepertinya Zodiac Sengaja Typo agar terkesan Freak colonthree emotikon ..-

I LIKE KILLING PEOPLE BECAUSE IT IS SO MUCH FUN IT IS MORE FUN THAN KILLING WILD GAME IN THE FORREST BECAUSE MAN IS THE MOST DANGEROUE ANAMAL OF ALL TO KILL SOMETHING GIVES ME THE MOST THRILLING EXPERENCE IT IS EVEN BETTER THAN GETTING YOUR ROCKS OFF WITH A GIRL THE BEST PART OF IT IS THAE WHEN I DIE I WILL BE REBORN IN PARADICE AND THEI HAVE KILLED WILL BECOME MY SLAVES I WILL NOT GIVE YOU MY NAME BECAUSE YOU WILL TRY TO SLOI DOWN OR ATOP MY COLLECTIOG OF SLAVES FOR MY AFTERLIFE EBEORIETEMETHHPITI"

Solusi dari Cipher Message yang Zodiac berikan adalah Cipher bertipe 408-symbol, Yang berarti 18 huruf terakhir tidak dipecahkan

Source: http://www.biography.com/people/zodiac-killer-236027

-Yumi
Read More....

Creepypasta: Am Dhaegar

Posted by : Unknown
0 komentar
Minggu, 01 Februari 2015



Okay Selamat pagi semuanya ^^

Habis jalan- jalan pagi di beberapa tumblr dan website. Dan tidak banyak yang bisa didapat tentang sesuatu yang sedang aku cari- cari

Well, mimin sedang mencari tentang apa itu Am Dhaegar, Am Dhaegar sendiri mimin baca dalam kalimat do'a para penganut (Read : Believers/ penganut/ pemuja) Am Dhaegar.
Dan, wala ini lah kalimat do'a-nya jika di translate menjadi bahasa Indonesia, "Dia adalah makhluk tak bermata yang sangat dibenci dengan tujuh mulut. Tangan kanannya menggenggam sebuah bintang yang mati dan tangan kirinya menggenggam lilin yang menerangi kegelapan dan ternoda dengan darah Am Dhaegar. Enam dari ketujuh mulutnya berbicara dengan bahasa yang berbeda. Ketika waktunya tepat, ketujuhnya (read : mulut) akan menyanyikan lagu yang mengakhiri dunia." Bisa disimpulkan bahwa Zalgo adalah musuh dan bisa dikatakan Zalgo sendiri adalah momok seram yang menghantui para pengikut Am Dhaegar. Tetapi yang jelas, Am Dhaegar itu sendiri memiliki makna ambigu karena tidak ada yang bisa menjelaskannya.

~ Teori mengenai Am Dhaegar ~

Setelah mimin telusuri secara lebih mendalam, Am Dhaegar ini bisa di bagi menjadi beberapa Teori :

1. Am Dhaegar adalah Tuhan yang disembah oleh masyarakatnya.
2. Am Dhaegar adalah Ras manusia pada mitos Cthulhu. yang mana semua ras tersebut di bantai oleh Zalgo.
3. Am Dhaegar adalah bumi dan alam semesta.

Tidak banyak yang bisa mimin temukan, sumpah. Penjelasan tentang Am Dhaegar yang paling lengkap cuma di http://theeyeofam.tumblr.com/…/am-dhaegar-plane-of-existenc… Tapi belum mencangkup semuanya

Well Setidaknya segitu dulu lah, mimin belum bisa mendapatkan apa- apa mengenai apa itu Am Dhaegar ini.
Mungkin mimin bisa belajar bahasa spanyol terlebih dahulu, karena penjelasan yang lain ada dalam bahasa Spanyol
Read More....

Copyright © 2012 Creepypasta Anime Indonesia | Another Theme | Designed by Johanes DJ