Ai Mochizuki(Kiri) dan Crying Madness(Kanan)
"MIDNIGHT XMAS"
Story by : S.N.A Fitra
Art by : O's Utau
Dingin SALJU tidak menyurutkan niat gadis berambut merah muda dengan dress pink, berjaket kelinci hitam dan bersepatu boot panjang hitamnya itu. Entah tempat apa yang ia tuju, gadis itu terus berjalan tanpa menghiraukan salju yang berjatuhan bagaikan RERINTIK hujan. Ai Mochizuki. Begitulah para proxy Slenderman lainnya memanggilnya. Ia terus berjalan sembari memerhatikan setiap rumah yang ia lewati.
Semua rumah itu tampak biasa-biasa saja. Pohon natal, hiasan lampu, kehangatan keluarga, semuanya tenang dan sudah pasti terlelap. Namun salah satu rumah menarik perhatiannya. Suasana rumah itu berbanding terbalik dengan yang lainnya, cahaya lampu tampak BERPENDAR dari dalam rumah dengan jendela setengah terbuka. ‘Lho, kok terbuka?' Ai pun segera mengacuhkan hal tersebut karena ia berpikir pemilik rumah itu sedang pergi dan lupa untuk mematikan lampu serta menutup jendela rumahnya.
Tiba-tiba sebuah genting terjatuh didepan Ai. Sontak Ai langsung melihat kearah atap. Seseorang yang membawa karung berjalan di atas rumah tersebut. 'Siapa dia? Santa? Atau pencuri? Apa yang dia lakukan di atap rumah itu?' Sosok tersebut membuat Ai begitu AMBIGU . Sosok tersebut kini melompat turun dari rumah tersebut dengan mulusnya mendarat di tanah bersalju dan membuat suara bertubruk pelan antara sepatunya dengan permukaan. Tanpa pikir panjang Ai mengikutinya, tiba-tiba sebilah pisau melayang kearah pada Ai, secara refleks ia segera menghindarinya.
"Khihihi... Apa maumu? Khihi… sepertinya kau ingin bermain yah?" terdengar suara tawa gila perempuan belia.
Seorang gadis berjaket merah, celana jeans hitam dan bersepatu sneakers hitam dengan topeng tersenyum di bagian mata topeng tersebut mengeluarkan tangisan darah itu segera menjatuhkan karung yang ia bawa. Seluruh isi karung tersebut tumpah begitu jatuh di tanah, mengeluarkan beberapa potongan daging manusia yang masih baru.
"Hey, sepertinya aku tahu sedikit tentangmu, Crying Madness."
"Khihihihi...sepertinya aku begitu terkenal yah? Hahaha...apa yang kau lakukan disini, heh?" tanya C.M dengan terkikik.
"Tidak ada, hanya penasaran apa yang kau lakukan pada penghuni di rumah tadi." jawab Ai dengan nada santai. Ai segera menyiapkan pisau dapur yang terdapat di balik jaketnya.
"Ayolah, kau ingin 'bermain' kan? Khihihi..." tanpa komando, C.M segera menerjang Ai dengan kecepatan tinggi, ia mengeluarkan pisau dapur dan siap menerkamnya dengan segala nafsu akan haus darah.
Dengan gesit Ai segera menahannya. Dentingan pisau yang saling beradu mengisi suasana natal di jalan tersebut. Ai bergerak mundur dan segera berlari dari tempat.
"Hey, apa yang kau lakukan pengecut? Kenapa kau malah berlari bukannya ingin bermain denganku, iya kan? Ai mochizuki! Aku sering melihatmu di hutan sendirian!" C.M terus mengejar Ai. ‘Sial,ternyata dia sering melihatku di hutan. Ah sudahlah ,aku harus pergi ketempat itu sekarang' Ai terus berlari ke suatu tempat.
Akhirnya, Ai sampai di sebuah taman yang terbengkalai, beberapa alat bermain seperti ayunan, perosotan dan yang lainnya telah usang dan besinya mulain berkarat, benar-benar tempat yang sudah tak di urus lagi. Ai kemudian terdiam sejenak. Melihat kesempatan tersebut, C.M segera berlari menuju Ai.
GUBRAK!
C.M tergelincir di atas es dan terjatuh dengan dentuman yang keras, darah segar keluar dari balik topengnya dan menetes di atas kolam yang telah membeku.
"Hehehe, bagaimana C.M? Tempat yang bagus, kan? Tempat ini sangat indah, apalagi jika dihiasi dengan darah. Baiklah, aku akan bermain bersamamu C.M" sorot mata Ai seketika berubah menjadi kejam. Ia tampak berbeda dari sebelumnya.
"Hahahaha! Ai, pintar sekali kau bisa memilih tempat seperti ini. Hahaha!!!" tawa C.M semakin nyaring dan tak terkendali.
"Kau ini memang aneh Cry--" CRAAT! Sebuah sayatan terukir di pipi Ai sontak membuatnya mundur beberapa langkah. 'Cepat sekali! aku harus waspada'. Teriaknya dalam hati.
Ai kemudian melompat mundur untuk menjaga jarak dengannya, tanpa banyak berpikir, Ai berlari menerjang kearah C.M. Ia berusaha menyerang bagian perut, namun C.M berhasil menghindar dari serangannya. Dalam kecepatan dan waktu yang singkat Ai menemukan celah pada C.M, ia melompat ke tubuh C.M dan langsung mencekiknya dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya siap menancapkan pisau pada tubuh C.M.
"Hahaha! Tidak secepat itu!" C.M mendorong tubuh Ai dengan kasar dan menendang nya sehingga cekikannya terlepas, Ai jatuh tersungkur beberapa inci dari C.M diatas es yang keras dan dingin tersebut, kemudian ia bangkit dengan menunjukkan wajah yang kesal, Ai mulai kesakitan.
"Ayolah Ai, main dengan serius!" ledeknya, kemudian C.M menerjang Ai dan menghempaskan tubuhnya yang kecil sehingga ia bertubrukkan pohon.
Ai mencoba mencabik leher C.M, namun dengat cepat C.M melempar pisaunya ke atas kemudian mengunci tangan Ai, dengan lihainya C.M menangkap kembali pisaunya. Ia mengangkat pisaunya tinggi-tinggi, bersiap untuk menusukannya pada tubuh Ai. Tak tinggal diam, dengan sekuat tenaga Ai menendang tubuh C.M hingga tersungkur mundur beberapa meter, kekuatan terkuat fisik Ai hanya pada bagian kedua kakinya saja.
Melihat lawannya yang mulai bangkit, Ai segera berlari menerjang dengan kecepatan penuh untuk menikam C.M. Sayangnya, ia kalah cepat dengan C.M. Gadis bertopeng itu seketika menyayat pergelangan kaki Ai sehingga membuatnya terjatuh berdeguk meski sayatannya tidak terlalu dalam namun cukup membuatnya untuk terjatuh. Darah merah segar secara perlahan mulai menggenangi permukaan es dan membuat sebuah kolam merah. Ai menjerit kesakitan memegangi pergelangan kakinya sedangkan C.M kembali tertawa dengan puas.
"Sialan, awas kau!" jerit Ai, air mata mulai keluar dari sudut kelopak matanya kemudian jatuh menuruni kedua pipinya yang gembul.
Tanpa mempedulikan rasa sakit yang sangat, Ai menyerang C.M. Mereka berdua pun bergulingan diatas salju, saling tumpang-tindih. Mereka kemudian berhenti dengan posisi C.M menindihi tubuh Ai dan mencekiknya. 'Tangan yang merepotkan!' Ai mencabik lengan C.M dengan jemarinya yang kecil namun kukunya yang panjang dan tajam cukup membuat C.M meringis kesakitan. Ia pun segera melepaskan cekikannya dan bangkit. Begitu juga dengan Ai meski ia masih kesakitan. Darah segar yang keluar dari pergelangan kakinya membuat sebuah lukisan merah pada permukaan es, sinar bulan purnama yang menerangi tiap sudut kegelapan memantulkan pantulan cahaya dari kolam yang membeku, membuat bercak darah Ai menyala bagaikan kilau batu ruby merah yang menghiasi permukaan.
"Khihihi, kau hebat juga. Meski kakimu tersayat, kau masih bisa berdiri." ucap C.M dengan nada mengejek.
"Terima kasih atas pujian murahannya." jawab Ai sembari berlari ke arah C.M. Dentingan pisau kembali terdengar.
"Kyahahahaha!" C.M hanya tertawa mendengar perkataan Ai, tawanya semakin terdengar menghina.
"Aku bukang mengingikan tawamu, gadis sinting!" Ai mulai emosi.
"Apa itu penting untuk saat ini? Hahaha! Oh, ya ampun aku tak bisa berhenti tertawa. Kyahahahah!" kewarasan C.M sudah mencapai puncaknya. Lagi-lagi ia tak bisa mengendalikan dirinya.
Tiba-tiba Ai bergerak menerjang C.M, melompat dan menendang telak dada C.M hingga ia terpental. "Ayolah C.M, aku tahu kau ini bukan orang yang lemah. Ditendang segitu saja kau langsung jatuh." ucap Ai dengan nada angkuh.
"Cih, dasar. Segitu saja kau sudah bangga. Jangan senang dulu. Khihihi..." C.M bangkit kembali dari posisinya. Kali ini ia tampak lebih serius untuk menghadapi Ai, ia akan melakukan perlakuan yang sesungguhnya.
Mereka berdua pun saling menerjang, dengan cepat Ai segera mengayunkan pisaunya kearah gadis bertopeng itu. C.M menghindari serangan Ai, C.M menemukan celah pada diri Ai dan menendangnya ke arah pohon dengan kuatnya sehingga tubuh mungilnya terhempas dan bertubrukkan dengan suara yang cukup keras. SALJU pun berjatuhan dari ranting-ranting pohon menutupi kepalanya. Ai jatuh tersungkur ke tanah dengan tubuh bersenderan pada pohon, ia terdiam dibawah pohon tersebut, tak ada pergerakan, kepalanya tertunduk kebawah. C.M berjalan perlahan keluar dari kolam yang membeku mendekati Ai, matanya berbinar dan senyumnya yang kejam di balik topeng terhias dengan nafsu membunuh dan juga penuh kemenangan.
"Aaaa~Iiii~… nikmati akhir permainan ini ya—AARGGH!" C.M tertunduk dan meringis kesakitan, "Bagaimana bisa?!" pekiknya, darah segar perlahan merembes dari jaket yang ia kenakan kemudian menetes di atas SALJU putih, matanya yang penuh dengan kemenangan berubah menjadi mata orang yang sekarat. "Kapan kau melakukannya!?" pekiknya sembari menahan sakit.
"Entahlah, mungkin saat kau menendangku." Jawab Ai sembari mengangkat kepalanya, C.M pun seketika teringat saat ia menendang Ai, bocah itu sempat menggoreskan pisaunya pada bagian tubuhnya.
"Khihihi..." C.M hanya terkikik mengingat hal itu.
"Dasar orang aneh."Ai pun berdiri tegak dan menunjukan wajahnya yang menyeringai. Kini mereka saling bertatapan.
"Bagaimana jika kita akhiri ini saja? Setidaknya sampai diantara kita mati atau kita berdua yang mati." tanya C.M sebari memiringkan kepalanya. Senyum sadis terukir dibalik topeng yang ia kenakan. Ai menunduk kebawah, ia tampak sedang berpikir, kemudian ia mengangkat kepalanya, kembali melihat kearah C.M.
"Baiklah, tapi." sebelum saling menyerang, Ai melihat ke atas kearah rembulan. Angin kencang yang bertiup membawa udara dingin terasa menusuk tulang namun ia tak mempedulikannya, “Slender, apabila aku mati hari ini. Aku minta maaf.’’ Ucapnya lirih, kemudian ia berdiri, C.M segera melempar pisau dapur milik Ai yang terjatuh padanya, kemudian masing-masing mengambil posisi kudak-kudak lalu kedua gadis itu pun saling menerjang dan menyerang satu sama lain.
--
Ai menatap genangan darah di sekitarnya. Kini dirinya penuh dengan luka sayatan, jaket kelinci hitamnya sobek dengan penuh noda darah, dress pink-nya juga sobek parah memperlihatkan sebagian perutnya yang tersayat, ia berhenti bergerak dan menurunkan tangannya yang memegang pisau.
"Kenapa? Kenapa kau tak segera membunuhku, hei!?" C.M terduduk di atas tumpukan SALJU yang bercampur darah. Gadis bertopeng itu tampak kelelahan dan napasnya tersengal.
"Aku mulai bosan, aku ingin pulang, anggap saja ini hadiah natal dariku. Ngomong-ngomong, Selamat Natal Crying Madness." Ai pun berjalan teratih-atih meninggalkan C.M sendirian.
"Aku. Kalah?" C.M melepas topengnya dan menjatuhkannya. Air mata mulai membasahi pipinya, ia pun terbaring perlahan di atas SALJU putih yang ternoda darah, matanya berbinar tak percaya musuh yang seharusnya memiliki kesempatan malah melepaskannya begitu saja, "Khihihi, aku kalah. Kyahahahahaha! Seharusnya aku lebih serius lagi!..hiks..hiks." C.M terus tertawa sembari terisak-isak, air mata mulai membanjiri kedua pipinya.
"Dasar gadis gila." Gerutu Ai dari kejauhan.
--
BREAKING NEWS.
"Pagi ini, semua warga dikejutkan oleh penemuan sebuah karung yang berisi beberapa potongan tubuh manusia. Diduga potongan tubuh tersebut adalah potongan dari kasus pembunuhan keluarga Smith. Karung tersebut ditemukan tak jauh dari kediaman keluarga Smith. Para warga dihimbau, untuk mengunci pintu dan jendela rumah rapat-rapat di saat malam hari. Beralih ke berita selanjutn....*suara statis" Posted in : Story
0 komentar: